NonTon OnliNe

Image Hosted by PicturePush - Photo Sharing
Klik di Sini >>> FREE DOWNLOAD FILM / MOVIE <<< Klik di Sini
widgeo.net
Aplikasi DOWNLOAD di Blog ini di Dukung Oleh IDWS, SUBSCENE , ZIDDU ,SCRIBD dan LINKBUCKS.


Rabu, 17 Maret 2010

Cerpen : "Indahnya Ciptaan Tuhan"





Manusia ialah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna. Memiliki akal dari pikirannya, memiliki hati untuk merasa. Semua ciptaan alam dari Tuhan diserahkan kepada manusia sebagai pewarisnya. Pikiran dan hati manusia merupakan modal yang diberikan Tuhan selain dari sebagai penyempurnanya dari makhluk ciptaan Tuhan yang lain.
Terbersit suatu kata yaitu keindahan. Dimana Tuhan menciptakan segala kebutuhan manusia di dunia ini. Dari akal dan rasa yang peka bagi setiap manusia, akan muncul gagasan kata untuk menggambarkan perasaan atau apa yang dinikmati indranya bagi sekitarnya. Keindahan, arti keindahan bagiku adalah semua yang menyenangkan hatiku. Semua yang membuat panca indraku ini nyaman dan damai. Sebenarnya keindahan merupakan hasil cipta manusia dari apa yang ia rasa. Aku tak mengatakan bahwa manusia pencipta keindahan, tetapi manusia yang memunculkan keindahan itu.
Dari apa yang ia lihat, dari apa yang ia sentuh, dari apa yang ia rasa, dari apa yang ia raba, dan dari apa yang ia cium. Menyenangkan semua itu yang disebut keindahan. Bagiku manusia dan keindahan merupakan pencipta dan yang dicipta. Walau aku mengatakan bahwa manusia bukanlah pencipta keindahan melainkan yang menafsirkan keindahan atau memunculkan keindahaan itu.
Mungkin tak tepat kalau aku mengatakan keindahan dan manusia ialah seperti pencipta dan ciptaannya, namun hal ini hampir dapat disamakan (aku tidak mengatakan hal ini sama).
Aku telah mengatakan makna keindahan yang aku pahami. Mungkin hampir sama dengan pendapat manusia lain. Aku ingin mengemas keindahan yang ku maksudkan. Semua sama dengan arti keindahan yang ditangkap setiap insan.
Bermula dari penyakit yang ku derita selama ini. Aku sangat sulit untuk menilai sesuatu. Aku sangat sulit untuk bisa merasa sesuatu. Umur yang sempit ini hampir – hampir membuatku mati rasa akan semua ciptaan Tuhan yang dapat kita ekspresikan dengan kata – kata, termasuk keindahan. Aku hanya duduk termenung dalam kamarku yang tidak terlalu luas. Aku pikir buat apa aku memperhatikan semua itu, jika aku akan menghilang dari semua itu, dan hanya berteman gelap. Warna – warni indah bunga, birunya langit, ukiran indah seniman, semua yang dipandang indah bagiku hanya sebatas pelengkap kehidupan ini. Aku selalu merasa sunyi akan hal yang kuperbuat sendiri. Alunan musik yang begitu banyak terdapat dilayar kaca tak ada pengaruhnya bagiku. Liputan indahnya alam hanya biasa bagiku.
Keputus asaan akan fonis umurku benar – benar merenggut semua harapan hidupkku. Bahkan untuk menghargai ciptaan Tuhan untuk kita. Aku, aku........ aku sempat marah kepada Tuhan mengapa ia mengijinkan aku untuk hidup di bumi-Nya yang indah ini jika hanya sebentar waktu yang Ia beri padaku? Mengapa Ia harus memberitahuku akan umurku?
Aku ingin seperti yang lain, merasa bahagia karena umur mereka terahasia. Tidak sepertiku terfonis mati yang pasti. Ibukku sering mengatakan bahwa semua ada ditangan Tuhan, tapi apa yang dikatakan dokter merupakan kehendak Tuhan juga khan? Itu juga merupakan pertanda jika Ia ingin memberikan aku kesempatan hanya sedikit untuk mengenal dunia-Nya. Warna – warni pelangi sudah tak pernah kukagumi lagi. Cerahnya langit biru, yang tersusupi sinar matahari disela – sela awan setalah hujan tak membuatku takjub lagi. Toh itu akan menghilang beberapa saat lagi.
Rasa hidupku penuh derita, mungkin itu yang kalian dapat pikirkan. Bayangkan hidup dalam kamar, sepi, dan sesekali dengan keluargaku. Melihat dari jendela anak – anak seumurku riang berangkat sekolah bersama, pulang sekolah bersama, bermain diluar bersama. Serasa keindahan membayangi mereka selalu. Aku sangat – sangat –sangat ingin mendapat kemampuan mereka walau sedikit. Tapi dayaku hanya bisa berdiam dengan kursi roda temanku. Buat apa aku merasa sedih, semua ilusi ini akan hilang juga pada saatnya?
***

Pagi, serasa celah sinar masuk terlalu cepat menembus jendela. Ini tak bisa, ibu membuka jendelaku secepat ini. Ia membangunkanku dengan sapaan lembut seorang ibu dan senyum yang selalu menghiasi wajahnya dikala memulai rutinitasnya untuk merawatku. Tetapi, tunggu dulu. Ini bukan yang biasa, pakaianku lebih rapi, tatanan rambut tersisir resmi. Ibu memakaikan sepatu padaku. Aku bertanya adaapa ini. Beliau hanya menjawab dengan senyum lembutnya yang khas membuatku tenang.
Beliau mendudukanku diatas teman sejatiku, ya kursi roda. Rodanya mulai bergerak, aku heran. Aku sama sekali tidak pernah sarapan diruang keluarga. Ibu selalu mengantarkan sarapan kekamar. Aku lihat ayah dan adikku sedang duduk asik menikmati jatah mereka dengan senyum menyambutku keluar dari gua persembunyianku. Aku menikmati sarapan bersama, untuk pertama kalinya setelah umurku divonis.
Aku menyelesaikan sarapanku. Ibu langsung mendorong kursi rodaku menuju luar rumah. Ya ampun! Ini pertama kalinya aku keluar rumah. Sinar matahari langsung menerpa kulit, begitu terasa hangat. Kulihat bunga – bunga yang selama ini dirawat ibu semakin berwarna. Kagum? Kalian kira aku kagum, itu biasa saja hanya tempat kumelihat yang berbeda. Itu semua akan hilang dalam beberapa waktu atau beberapa saat lagi.
Kulihat lagi ibu tersenyum padaku. Ia menyetop taksi yang memang telah dipesan. Aku mau dibawa kemana? Ibu menunjukkan jalan – jalan yang sering aku lewati dahulu.
“Itu dulu jalan kamu ke sekolah.”
“Aku ingat bu.”
Ibu tak henti – hentinya menunjukkan jalan – jalan penting dalam hidupku. Aku menyeringai sesekali ketika mengingat aku dan teman – teman sering berlarian dan bermain dijalan saat akan berangkat sekolah. Aku rindu. Taksi berhenti, lampu menunjukkan warna merah.
“Kakak mobil orang itu bagus y?”
“Iya, kamu masih ingatkan, kalau kamu mau semua itu kamu harus jadi orang yang baik dan rajin berdoa.”
“Aku ingat kakak, biar masuk surga khan? Biar aku bisa makan yang enak – enak.”
“Dasar kamu ini.”
Percakapan itu, percakapan anak jalanan itu.... Aku, aku terlalu realistis akan semua. Sakit ini membuatku jauh dari-Nya. Alangkah menyenangkan percakapan mereka. Optimis menjalani hidup di tengah keterbatasan mereka. Membuat semua senyum di wajah mereka tak pudar. Aku, menemukan keindahan dari mereka, sesuatu yang membuat semua panca indraku senang. Aku tahu, aku akan mati. Semua orang juga. Tetapi keindahan tak akan pernah meninggalkan kita walau sampai kita mati. Surga, ya surga adalah keindahan terahkhir yang kita bisa usahakan di dunia.
Aku, akal, dan rasaku mulai peka kembali akan segala keindahan bumi yang sangat – sangat indah ini. Langit berwana biru cerah yang selalu aku anggap mendung, sangat cerah hari ini. Taksiku berhenti disebuah taman kecil yang tak asing bagiku. Taman itu tempatku dulu sering menghabiskan waktu bersama keluargaku dikala akhir pekan. Bunga – bunga disana masih saja terawat. Pandanganku masih saja biasa, walau peka telah rasaku. Satu yang membawaku kepada arti keindahan yang selama ini aku tinggalkan. Keceriaan anak – anak panti yang bermain bersama dengan riang. Entah kekuatan apa yang membuatku senang, pengaruh apa yang membuatku senang akan semua ini. Aku memang sering mengunjungi panti ini dahulu, untuk memberikan sedikit berkah. Mereka tetap saja ceria, aku melihat seorang anak dengan kursi roda juga sepertiku. Tetapi wajahnya tetap ceria sangat – sangat ceria. Menikmati semua, semua yang ada disekitarnya.
“Dia sama seperti kamu, tetapi dia menikmati sisanya dengan keceriaan dan keoptimisan.”
Hah, sama sepertiku? Dia begitu tampak seperti orang yang tak memiliki masalah. Raut mukanya begitu segar. Dia yang membuka mataku tentang bagaimana seharusnya menghabiskan hidupku. Menikmati segala keindahan warna – warni alam, cipta manusia, dan semua yang membuatku senang.
Satu lagi keindahan bagiku adalah merasa tenang dan tak terbebani. Huh, mengingat itu semua aku jadi malu dan kangen. Yah sudahlah, toh aku sudah disini bersama anak itu. Dia menjadi teman baikku. Jika tidak karena dia, aku mungkin masih tersesat dalam keburukan yang kubuat sendiri. Ehm, senang rasanya bisa berjalan kemana pun dengan kaki yang sehat dan tanpa kursi roda juga penyakit kanker tulang yang menganggu.
Aku ingin menengok ibu, aku hanya bisa melihatnya selalu tersenyum tanpa bisa memegang tangannya yang lembut. Yah alam kami sudah berbeda.
Tuhan, terimakasih telah memberiku segala keindahan yang selama ini aku abaikan. Manusia dan keindahan ialah sesuatu yang tak terpisahkan. Keindahan merupakan istilah manusia untuk menggambarkan segala yang membuat panca indra dan hatinya menjadi senang. Semua yang berada dimuka bumi ini memiliki keindahan masing – masing, dan keindahan itu muncul dari akal dan rasa manusia.


bY : IK dan IKBWP

0 komentar:

Posting Komentar

Komenmu Kritikku

Photobucket Photobucket Photobucket
 

Ez-Laptop

Easy Blog Trick

Pembayaran Per Klik

© 3 Columns Newspaper Copyright by RameRame.Com | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks