NonTon OnliNe

Image Hosted by PicturePush - Photo Sharing
Klik di Sini >>> FREE DOWNLOAD FILM / MOVIE <<< Klik di Sini
widgeo.net
Aplikasi DOWNLOAD di Blog ini di Dukung Oleh IDWS, SUBSCENE , ZIDDU ,SCRIBD dan LINKBUCKS.


Rabu, 17 Maret 2010

Cerpen : "KORNEA UNTUK MATA INDAH "





{Awalnya pemain utama di cepen ini benama "Maya", tp krn sesuatu hal di Ubah menjadi "Indah"...jika ada unsur nama "Maya" itu berarti "Indah"...
terimakasih..
}

“ owe..owe… .” terdengar jeritan bayi mungil dari sudut ruang di Rumah Sakit. Nampak dari luar bayi itu seperti bayi biasa, sehat dengan berat badan normal. Namun, kenyataan harus diterima oleh sang ibu.
“Selamat yah bu, Ibu mendapatkan seorang putri yang cantik,”ucap seorang perawat. Dengan wajah lesu dan ditemani sang suami, sang Mama memeluk putri kecilnya. Terlihat jelas raut wajah bahagia sang ibu. Tiba-tiba…
“Permisi pa, bisa ke ruangan saya sebentar?”ajak seorang dokter kepada sang Papa. Sang Papa mengikuti sang dokter ke suatu ruangan.
“Begini Pak, setelah kami memeriksa keadaan putri bapak, terdapat gangguan saraf pada penglihatannya,”beber sang dokter.
“Apa?”sang Papa terkejut mendengar pernyataan sang dokter. Sang Papa menelurusi lorong rumah sakit dalam keadaan kacau. Kenyataan pahit ini harus diterima oleh putri sulungnya.

15 tahun kemudian…

“Praaaankkk…..”, terdengar pecahan vas bunga di sudut ruang. “Pecah lagi?”tanya sang Mama. Sang Mama marah-marah, tetapi Indah hanya diam terpaku. “Iya Ma, ma…”
“Kamu pecahin vas bunga lagi?”,tanya sang Mama dengan emosi. Ini bukan kali pertamanya Indah melakukan hal ini. “Pak….”teriak sang mama.
“Ada apa sih, Ma?”tanya sang papa.
“Ini loh Pa, si Indah mecahin barang lagi. Tu lihat ! vas bunga kesayangan mama yang dari Paris hancur gitu aja. Barang itu ‘kan sangat langka”, keluh sang mama.
“Mama, kamu jangan marah gitu ahh sama Indah! Kasihan tuh putri kita menangis. Vas itu bisa dibeli lagi kok.”
“Ahh, terserah papa deh. Urusin aja tuh putrimu yang buta itu.” Sang Mama langsung pergi meninggalkan Papa dan Indah yang sedang menangis. “Cuup..cuup..cuup sudah sudah, jangan menangis lagi sayang,”bujuk sang papa.”Tapi Pa, vas itu…”
Sang papa memotong pembicaraan Indah dan langsung merangkul tubuh mungil putrinya itu.”Sudah jangan bersedih lagi ya, vas itu bisa papa carikan lagi.”
“Pa, Indah boleh nanya sesuatu gak?”
“Boleh sayang, Indah mau tanya apa? Pr matematika ? Papa bisa mengajarkannya.”
“Bukan itu pa, aku mau tanya kenapa sih Mama nggak sayang sama Indah?”tanya Indah lesu. Sang papa hanya menghela nafas. Sang papa tidak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan putri tunggalnya itu. “Pa, ayo dong beritahu aku!”desak Indah.
“Sayang, kata siapa Mama nggak sayang sama kamu. Mama sayang kok. Nggak mungkin seorang ibu nggak sayang sama darah dagingnya sendiri,”jelas sang papa.
“Owh gitu, terus Pa kenapa aku dilahirin nggak sama dengan anak-anak lainnya?”. Lagi-lagi sang papa menghela nafas dan berusaha tegar dihadapan sang putri.
“Kamu nggak boleh bicara seperti itu. Kamu harus mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Tuhan. Kamu itu istimewa.”
“Tapi pa, mengapa Tuhan nggak mengizinkan aku untuk melihat keindahan yang ada di dunia ini? Aku pengen melihat wajah mama, wajah papa dan wajah aku. Aku pengen melihat semua hal yang telah diciptakan oleh Tuhan. Aku pengen…” Indah tak kuasa menahan airmata. Airmatanya mengalir deras dari bola matanya. Dengan lembut sang papa merangkul dan mencoba menghibur putri tercintanya itu.
“Suatu saat nanti, kamu akan tahu mengapa Tuhan nggak mengizinkan kamu untuk melihat keindahan di dunia ini.”

***
Bel berdering, tanda jam pelajaran pertama dimulai. Seluruh siswa berlari menuju ruang kelas masing-masing.
“Aduuh..”keluh Indah, siswi kelas 1 SMA di Sekolah Menengah Atas Langit di Jakarta. Seseorang menabraknya dari belakang. “Hei, kalau jalan lihat-lihat dong. Ga punya mata yah?”tanya seseorang tersebut dengan kasar. Indah hanya diam. Ia berusaha sabar dan tabah atas perlakuan dirinya itu. Dengan keterbatasan dirinya,Indah berusaha merapikan kembali tumpukan buku yang berserakan di lantai. Tiba-tiba sesosok makhluk datang, menghampiri dan membantu Indah merapikan buku-buku tersebut.
“Ucapan orang tadi jangan dimasukin kedalam hati ya? Ini buku milikmu.” Terdengar suara lembut yang membuyarkan kesedihan Indah. “Ehm..iya iya. Thanks yah. Nama aku … ,”ujar Indah sambil mengulurkan tangan, hendak berjabat tangan dengan makhluk di depannya itu.
“Indah. Itu nama kamu kan? Aku Henry, ketua osis di sini,”kata lelaki itu, yang ternyata bernama Indah, cowok terpopuler di sekolah Langit. Indah gugup. Ia tak tahu harus berbicara apa. Ingin lari tapi tak mungkin. Ingin berbicara panjang lebar dengannya, rasa ketidakpercayadirian Indah timbul. Ia tidak menyangka bahwa orang yang telah menolongnya itu adalah cowok terpopuler di sekolah ini.
“Hello..kamu bisa denger aku kan?”. Suara lembut itu untuk kedua kalinya membuyarkan lamunan Indah. “Kamu pasti heran kenapa aku bisa tahu nama kamu, iya kan?” . Indah hanya tersenyum. “Kamu itu beda dari yang lain, kamu memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh yang lain.”
“Apa maksud mu? Aku emang berbeda dari yang lain. Tapi kamu salah, justru aku yang tidak memiliki sesuatu yang dimiliki oleh yang lain,”ujar Indah dengan emosi.
“Bukan itu maksudku. Kekuranganmu adalah kelebihanmu, tapi kamu…”. Belum sempat Henry menyelesaikan percakapannya, Indah langsung bergegas pergi meninggalkan dirinya dengan deraian airmata.
“Ndah,Indah.. kamu mau kemana? Tolong jangan salah paham dulu. Aku nggak bermaksud berbicara begitu. Ndah ..Indah..”. Indah tak menghiraukannya. Ia tahu ia akan diperlakukan seperti itu. Ia akan terus diperlakukan seperti itu hingga ia mendapatkan kornea mata. Indah menyendiri di sudut ruang. Seorang diri dalam kegelapan.
Dalam keadaan gelisah, Henry berusaha mencari Indah. Ia khawatir Indah pergi ke suatu tempat, seorang diri. Hari ini memang hari pertama Indah duduk dibangku SMA. Indah belum mengenal siapapun. Dengan keterbatasan yang dimiliki Indah, Henry yakin Indah tidak akan pergi jauh dari sekolah ini.
“Kenal Indah?”Tanyanya ke beberapa siswa yang sedang nongkrong di kantin sekolah. “Indah? Indah yang mana ya, ka?”
“Itu loh, Indah yang tinggi, berkacamata, berambut panjang dan …”
“Owh, Indah yang buta itu ya? Tadi sih dia ke arah taman belakang tu ka,”ujar salahsatu dari mereka.
“Eh, jangan sembarangan bicara ya kamu. Indah itu bukan buta tapi ia tidak diizinkan oleh Tuhan untuk melihat kekejaman di dunia ini,”bela ketua osis yang dikenal dengan kelembutan hatinya.
“Iya ka, apa bedanya buta dengan tidak diizinkan untuk melihat?”
“Tahu ahh. Terserah kata kalian apa, yang jelas kalau kalian menyakiti Indah, kalian akan berurusan dengan kakak. Ingat itu !”. Henry pergi melanjutkan pencarian. Dan akhirnya ia menemukan Indah sedang duduk di pinggir kolam dalam keadaan mata bengkak.
“Kamu kenapa disini? Kenapa nggak ke kelas?”
“Mau apa lagi kau, ka? Belum cukup menghina aku seperti tadi?”tanya Indah tersedu-sedu.
“Nggak kok. Tadi aku nggak bermaksud menghina kamu. Aku cuma…” untuk kesekian kalinya pembicaraan Henry dipotong oleh Indah yang mulai emosi. “Cuma apa ka? Cuma mau mempermalukan aku di depan umum? Kakak nggak ada bedanya dengan mereka. Udahlah ka, tinggalkan aku sendiri disini. Aku mau…”
Tiba-tiba dari belakang, sebuah pelukan menghampiri tubuh mungil Indah. “Jangan pernah berbicara seperti itu. Aku bukan orang yang seperti mereka.”
“Lepasin aku, ka.” Henry melepaskan pelukannya itu. “Asal tahu aja ya ka, aku udah biasa diperlakukan seperti ini. Aku tahu aku buta, aku nggak bisa melihat segala sesuatu yang indah-indah di dunia ini. Yang aku miliki hanyalah gelap, gelap, dan gelap. Hidup dengan kegelapan.”
“Ssstt.. jangan ngomong seperti itu! Hapus airmatamu itu ! Siapa bilang segala sesuatu yangdi dunia bersifat indah semua?”
“Mmm..maksud kakak apa?”. Bel berdering pertanda jam pelajaran dimulai. “Suatu saat nanti kamu akan mengerti perkataan kakak tadi. Sekarang ke kelas yuk. Sini kakak antarin.” Pembicaraan terhenti sampai disini. Mereka haruus kembali ke ruang kelas.
Semenjak kejadian hari itu, hubungan Indah dengan Henry berjalan sangat baik. Henry menjadi sosok kakak yang mampu membimbing Indah menjadi seorang gadis yang tegar.
“Kak, aku pengen banget deh pergi ke pantai. Mencium aroma angin pantai. Mendengar deruan ombak pantai.”
“Emang selama ini kamu belum pernah ke pantai?”Tanya Henry.
“Seingat aku, dulu waktu kecil aku pernah ke pantai. Tapi itu kan dulu ka.” Henry menuruti keinginan Indah. Dan berencana pergi ke pantai akhir pekan ini.
***
Di rumah, sebagai seorang putri satu-satunya Indah merasa kesepian. Mama dan papanya pergi bekerja dari pagi hingga sore hari, bahkan malam hari mereka baru pulang. Tidak ada waktu luang yang dihabiskan oleh mereka untuk sang putri. Hari-harinya di rumah hanya ditemani oleh dua orang pembantu dan seorang supir yang setia. Mereka setia menemani putri majikannya itu dengan sabar.
“Bibi, mama dan papa belum pulang kerja ya?”tanya Indah dalam pangkuan Bibi Iyet.
“Belum sayang. Emang kenapa? Kok tumben Non Indah menanyakan hal ini?”
“Nggak kenapa-kenapa kok, Bi. Aku hanya rindu denganmereka. Aku ingin terus berada disisi mereka. Menghabiskan hari-hariku bersama mereka.”
“Mereka bekerja juga untuk Non Indah sendiri. Mereka ingin memberikan sesuatu yang indah untuk Non.”
“Benarkah?”. Bibi Iyet hanya mengganggukkan kepala. “Bi, kenapa sih aku nggak diizinkan oleh Tuhan untuk melihat keindahan yang ada di dunia? Aku selalu melihat yang gelap-gelap.”. Bibi iyet tertegun, tak tahu harus menjawab apa. Ia takut putri majikannya itu sedih. Ia tak mau melihat Indah menitikkan airmata lagi.
“Kata siapa segala sesuatu yang ada di dunia indah? Nggak semua keindahan bisa kita nikmati. Ada keburukan yang menodai indahnya dunia ini.”ujar Bibi Lestari, pembantu lainnya.
“Maksudnya Bibi, di dunia nggak semua hal bersifat indah? Emang arti indah itu sendiri apa sih, Bi?”
“Benar, Non. Di dunia nggak semuanya indah. Ada hal yang benar-benar indah dan enak dipandang, ada pula hal yang benar-benar nggak ada unsur indahnya,”beber Kang Ucup, sang supir pribadi yang ikut nimbrung ditengah percakapan mereka.
“Benarkah yang Kang Ucup katakan itu?” Ketiga pembantu tersebut mengiyakan. “Lalu, apa sih indah itu menurut kalian? Indah ingin sekali melihat dan merasakan keindahan tersebut.”
“Non Indah, indah itu nggak hanya berbentuk suatu barang, memang sih indah itu identik dengan suatu karya seni tetapi indah juga dapat berbentuk suatu kebersamaan,”jelas Bibi Iyet. “Iya, benar kata Bibi Iyet. Indah itu tidak hanya bisa dilihat dengan mata kok, Non melainkan indah dapat kita rasakan dengan mata hati dan perasaan kita sendiri. Seperti sekarang ini, Non bisa merasakan betapa indahnya kebersamaan yang kita jalin,”timpal Bibi Lestari yang mulai menitikkan airmata.
Mereka bertiga terhanyut dalam keadaan haru itu. Indah pun tak kuasa meneteskan airmata. Betapa beruntungnya dirinya masih dapat merasakan indahnya kebersamaan ini, meski ia tak mampu melihatnya.

***
Hari ini adalah hari sabtu, akhir pecan yang biasanya dimanfaatkan oleh orang banyak untuk beristirahat dan berekreasi bersama keluarga dan orang-orang tercinta. Tak terkecuali Indah, gadis tuna netra ini ingin berekreasi bersama keluarga dan orang-orang yang dicintainya.
“Maaf sayang, hari ini Mama dan Papa harus pergi ke luarkota untuk urusan bisnis,”kata sang Mama, seorang wanita karir yang super sibuk. Sang papa mengiyakan pernyataan sang mama.
Indah hanya diam. Ia tak bisa melawan orangtuanya itu. Namun, keinginan kuat untuk berkumpul bersama keluarga, tak mampu ia bendung lagi.
“Kapan sih Mama dan Papa ada waktu untuk Indah? Hari ini ‘kan hari Sabtu, kenapa hari sabtu kalian tetap bekerja?”Tanya Indah dengan penuh emosi. Orangtua Indah tak menjawab pertanyaan putrinya itu. Mereka hanya menjawab dengan pelukan dan senyuman yang tak mampu Indah lihat.
Mereka tetap pergi meninggalkan Indah seorang diri yang duduk termenung. Indah merasa kesepian. Ia rindu momen-momen bersama orangtuanya itu. “Kenapa ya Mama dan Papa tidak mau pergi bersama Indah? Apakah mereka malu karena memiliki putrid buta seperti Indah ini?”tanyanya dalam hati. Tanpa disadari, rintikkan airmata jatuh ke pipinya. Kejadian itu dilihat oleh Bibi Iyet, membuat Bibi Iyet terhanyut dan tak kuasa meneteskan airmata.
Tiba-tiba terdengar suara bel. Bibi iyet bergegas menuju pintu, menyambut tamu yang telah berdiri di depan pintu. Seseorang yang bertamu tersebut adalah Henry. Henry dating di saat waktu yang tepat.
“Pagi Bi, Ada Indah di rumah?”tanya Pangeran tampan ini. Dengan ramahnya Bibi Iyet mengantarkan Henry ke ruangan Indah berada. Dalam kesempatan ini, Bibi Iyet menceritakan apa yang telah terjadi pada diri Indah.
“Pagi cantik, hari ini kita ke pantai yuuk..”ajak Henry, yang berencana ingin pergi bersama Indah hari ini.
“Ka Henry? Asyik, ke pantai,”ujar Indah dengan cerianya. Dengan bantuan Bibi Iyet, Indah bergegas mengganti pakaian dan memolek wajahnya yang manis itu. Dan mereka siap berangkat ke pantai, tempat yang diidamkan oleh Indah sedari dulu.
***
Bau aroma pantai mulai tercium saat Indah dan Henry menginjakkan kaki di pantai. Terlihat dengan jelas keceriaan dalam raut wajah gadis yang sedang menunggu donor kornea mata ini.
“Gimana? Kamu senang? Apa kamu bisa merasakan indahnya ciptaan Tuhan ini?”
Dengan wajah sumringah, Indah menjawab : “Iya ka, aku senang banget bisa merasakan indahnya pantai ini.”. Henry turut senang bisa membahagiakan orang yang ia sayang. Indah sungguh menikmati hari ini. Tiba-tiba, wajah cantiknya itu berubah murung.
“kamu kenapa May?”
“Sekarang aku bisa merasakan indahnya pantai ini, tapi aku belum bisa melihatnya. Aku belum bisa melihat ombak pantai yang menghantam batu karang, aku belum bisa melihat matahari terbenam, aku belum bisa …”. Untuk kesekian kalinya, airmata Indah menetes lagi. Henry berusaha menghiburnya, tapi semua usaha tersebut nihil. Indah terus menangis di bawah pohon kelapa.
Langit hari itu cerah, tidak ada tanda bahwa akan terjadi hujan. Teriknya mentari memberikan kesejukan bagi makhluk di muka bumi. Air laut bergerak sangat tenang.
“Indah, kamu salah kalo kamu bilang kamu belum bisa merasakan keindahan ciptaan Tuhan. Keindahan itu tidak hanya dirasakan oleh mata, tetapi dibutuhkan hati untuk menikmati keindahan tersebut. Banyak cara untuk menikmati keindahan yang telah Tuhan berikan.”
“Maksud kakak, untuk merasakan keindahan yang telah Tuhan ciptakan, kita membutuhkan mata dan hati?”tanya Indah mengulangi kalimat Henry.
“Iya benar, punya hati saja nggak cukup. Jadi, kamu juga bisa merasakan dan menikmati keindahan tersebut.” Indah kembali tersenyum, ia merasakan ketenangan dan kedamaian dari ucapan kakak kelasnya itu.
“May,kakak boleh tanya nggak? Kamu ngga bisa melihat sejak lahir? Apa suatu saat nanti kamu bisa melihat? Maaf kalo kakak Tanya hal ini,”Tanya cowok yang hobi membalap motor dengan hati-hati.
Indah tesenyum, “Nggak apa-apa kok. Selama ini kakak udah baik sama Indah, udah ngajak Indah jalan-jalan, nemenin Indah saat Indah sedih dan membantu Indah saat Indah dalam keadaan sulit. Kakak perlu tahu sebenarnya, aku buta sejak lahir. Menurut dokter, aku bisa melihat jika ada kornea mata yang cocok denganku.”
“Kornea mata? Jadi sekarang kamu sedang menunggu donor kornea mata?”. Indah hanya tesenyum, ia sadari bahwa sulit sekali menemukan manusia berhati malaikat yang rela memberikan kornea matanya untuk dirinya. Pikiran Henry mengawang-awang. Terlintas dibenaknya untuk mendonorkan kornea mata miliknya untuk Indah tercinta.
“Setelah menerima kornea mata, apa yang ingin kamu lakukan untuk pertama kalinya?”tanyanya mencairkan suasana.
“Aku pengen..Mmm aku pengen lihat wajah aku, wajah mama dan papa dan wajah kak Henry yang kata teman-teman ganteng banget..hahaha.”
“Hahaha, bisa aja kau dek. Selain itu?”
Indah menjelaskan keinginannya untuk dapat melihat keindahan yang ada di dunia. Ia ingin merasakan hal apa yang dirasakan oleh orang lain.
“Nggak semua yang ada di dunia ini indah dek. Setelah kamu mendapatkan kornea mata itu, kamu akan mengerti maksud kakak. Untuk saat ini, syukuri apa yang telah Tuhan berikan kepada kita.”
Matahari mulai bersembunyi. Bintang bersiap menemani bulan menerangi malam. Tak terlihat wajah letih dari wajah Indah. Senyum manisnya masih terlontar dan memberikan kesejukan untuk siapa saja yang melihatnya. Meski belum puas, mereka memutuskan untuk kembali pulang. Jalan-jalan ke pantai meninggalkan bekas manis di hati Indah.
***
Jam berdentang tanda tengah malam tiba. Namun, mata Henry belum mampu terpenjam. Pikiran Henry mengawang-awang. Ia mulai mengambil dua carik lembar surat dan memulai memainkan penanya.
Dear Mama,
Mama apabila terjadi sesuatu kepada Henry, aku ingin mendonorkan kornea mata ini untuk orang yang aku sayangi, Indah. aku ingin orang yang aku sayangi bahagia. Dan kebahagiaannya itu terletak pada kornea mataku ini.
Terima kasih Ma…
Henry saying Mama..
Lembaran pertama telah tertuliskan. Surat pertama ini unuk sang ibunda tercinta. Di pojok meja masih ada secarik lembar yang belum tertulis. Dengan senyum yang menawan, ia mulai menoreskan tinta di lembar tersebut.
Dear Indah,
Setelah kamu membaca surat ini, mungkin kakak udah nggak ada di sampingmu. Setelah menerima kornea mata ini, kakak harap kamu dapat lebih bahagia lagi. Kamu bisa wujudkan semua keinginan dan cita-cita yang selama ini kau idamkan. Kakak harap kamu bisa memanfaatkan mata indahmu untuk hal yang bermanfaat pula. Kamu bisa menikmati keindahan dunia yang telah Tuhan ciptakan.
Kamu ingat kata-kata kakak,”suatu saat nanti kamu akan mengetahui mengapa Tuhan tidak mengizinkan kamu melihat keindahan di dunia.” ?? kamu pintar, cantik dan baik. Kamu pasti bisa menemukan jawabannya. Banyak cara untuk merasakan dan menikmati keindahan tersebut.
Setiap orang memiliki kebahagiaan yang telah Tuhan atur. Begitu juga kamu, kamu berhak bahagia. Dan kebahagiaan yang terindah adalah kebahagiaan bila dapat berkumpul bersama orang yang kita sayangi. Bisa mengenal dan dekat denganmu merupakan kebahagiaan yang amat indah yang takkan pernah kakak lupakan.
Kakak sayang Indah…
Dua lembar surat telah tergores tinta pena. Surat pertama untuk sang ibunda. Dan surat kedua ini untuk Indah. Tidak Henry sadari, lembaran kedua ini telah digenangi airmatanya. Ia tak mampu menahan lagi. Semua telah tercurahkan lewat surat ini.
***
1bulan kemudian…
“Sayang, mama mendapatkan kabar bahagia dari rumah sakit.”kata sang Mama yang sangat bahagia mendengar berita ini.
“Apa ma?”
“Ada seorang pemuda tampan yang mendonorkan kornea matanya untukmu. Kornea matanya cocok untukmu.”. Dengan wajah bahagia, Indah bersama sang mama langsung bergegas menuju k rumah sakit untuk mengkonfirmasi kabar bahagia tersebut.
Akhirnya, Indah melakukan operasi pendonoran kornea mata. Proses operasi berjalan mulus. Tampak wajah ceria terhampar di wajah Indah. Ia sangat bersyukur atas anugerah yang ia terima saat ini. Kesehatan Indah pun mulai membaik. Ia mulai mewujudkan keinginannya yang dulu ia idamkan. Kini, ia bisa melihat keindahan wajahnya dan wajah orang-orang yang ia sayangi. Kecuali Henry. Tak tampak batang hidungnya di rumah sakit. Ia tak ada saat Indah membutuhkannya. Yang ada di ruang rawatnya sekarang hanya kedua orangtuanya, para pembantu rumahnya dan teman-teman sekolah.
“Ma, kak Henry mana? Dari awal aku masuk ke rumah sakit, kak Henry nggak ada,”tanyanya penasaran. Seluruh orang yang ada di ruangan tersebut diam. Tak ada satu orangpun yang berani bicara. Akhirnya, sang papa memberikan sepucuk surat. Dan Indah memulai membuka dan membaca surat tersebut. Indah histeris. Ia tak menyangka pemuda baik yang rela mendonorkan kornea matanya adalah orang yang ia sayangi, Henry. Isak tangisnya memecahkan kesunyian ruangan tersebut.
“Henry mengalami kecelakaan motor. Nyawanya tak tertolong lagi. Sebelum ia pergi, ia menitipkan ini pada tante. Tante harap kamu tidak akan mengecewakan Henry,”ujar salah satu ibu, yang ternyata diketahui Mamanya Henry.
Tangisan Indah semakin pecah. Ia menyesali keadaan ini. Namun, ia tak mau terhanyut dalam kesedihan. Ia harus bangkit dan mewujudkan keinginan Henry dan cita-citanya.

***
Seiring berjalannya waktu, Indah beranjak dewasa. Ia berhasil mewujudkan cita-citanya menjadi seorang aktivis masyarakat. Kini ia telah menemukan kebahagiaan yang Henry maksudkan. Ia juga telah menemukan jawaban dari pertanyaan yang telah lama belum terkuak. Mengapa Tuhan tidak mengizinkan Indah melihat keindahan yanga da di dunia ini dan mengapa nggak semua hal yang ada di dunia ini bersifat indah.
Sejatinya keindahan merupakan suatu benda yang diserapnya dengan penglihatan, berupa keindahan dari bentuk dan corak warna. Keindahan dalam bersosial adalah keindahan dimana kita dapat menghargai dan menghormati hak, kewajiban, dan martabat orang lain. Kini ia mengetahui bahwa, keindahan hanya ada pada pikiran orang yang menerangkannya dan setiap pikiran orang memiliki keindahan yang berbeda-beda.
Ia ingin mengabdikan diri kepada masyarakat agar menemukan keindahan yang sesungguhnya. Hidup bersama orang-orang yang disayangi merupakan keindahan yang tak ternilai harganya. Ditengah keramaian, ia takkan merasakan ketakutan dan kegelapan lagi, karena ada Henry yang tetap hidup dalam dirinya, yang akan selalu menemani dan membantu Indah menemukan keindahan-keindahan lainnya yang ada di dunia ini.



by : YV dan IKBWP

0 komentar:

Posting Komentar

Komenmu Kritikku

Photobucket Photobucket Photobucket
 

Ez-Laptop

Easy Blog Trick

Pembayaran Per Klik

© 3 Columns Newspaper Copyright by RameRame.Com | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks